Jumat, 12 Desember 2008

RENUNGAN: BERIBADAHLAH KEPADA ALLAH

Beribadah Kepada Allah
Bacaan Maleakhi 3: 13 – 18

Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya. (Maleakhi 3:18)


Pada jaman perjanjian lama, ibadah yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman dinyatakan melalui ketaatan mereka pada berbagai syariat keagamaan yang dinyatakan Allah melalui Musa. Sedangkan pada jaman Perjanjian Baru, ibadah yang dilakukan kepada Allah dinyatakan melalui ketaatan dan penyerahan diri kepada Tuhan Yesus Kristus. Jadi, dari dulu sampai sekarang, orang beriman memiliki ciri khusus yang sama, yaitu orang yang senantiasa BERIBADAH kepada Allah. Sebaliknya, orang fasik adalah orang yang tidak beribadah kepada Allah.
Beribadah kepada Allah berarti percaya dan melakukan kehendak-Nya, seperti: mempersembahkan segenap hidup kepada-Nya (Roma 12:1), melakukan perbuatan baik (I Tim.2:10), bahkan Yakobus menegaskan: Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia (Yakobus 1:26-27)
Sekarang saatnya kita bisa menilai diri kita sendiri: Apakah kita layak disebut sebagai orang yang menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya? Ataukah kita justru terhitung sebagai orang fasik. (LES)
BERIBADAH-LAH HANYA KEPADA ALLAH
DALAM SEGENAP KEHIDUPANMU

Kamis, 11 Desember 2008

KARYA PEMULIHAN ALLAH DI DALAM YESUS


KHOTBAH MALAM NATAL 24 Desember 2008


Bapak, Ibu, Saudara segenap jemaat Tuhan yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Selamat Natal. Khotbah kali ini mengangkat tema: Karya Pemulihan Allah kini telah nyata, berdasarkan kesaksian Injil Lukas 2: 1 – 14 , dengan tujuan kita bisa memahami makna karya pemulihan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus; sehingga sebagai warga jemaat kita terdorong untuk membuka diri terhadap karya pemulihan Allah dan bersedia bersaksi dalam kehidupan masing-masing di manapun berada.

Jemaat Tuhan YTK.
Penghayatan Natal yang sejati, sesunggunya bukan terletak pada pemaknaan tanggal lahirnya Yesus. Juga tidak terletak pada kulit luarnya dengan aneka assesoris /hiasan-hisasan natal. Lebih dari itu Natal adalah pemaknaan terhadap PULIHNYA RELASI MANUSIA DENGAN ALLAH DAN SESAMANYA.
Persoalan kita sekarang adalah bahwa Natal seringkali hanya dimaknai pada sisi kulit luarnya saja, sehingga orang terlalu sibuk dengan hiruk-pikuk natal yang kurang penting, seperti: pohon terang dengan berbagai hiasannya yang kelewat mahal, lalu hadiah-hadiah natal, serta berbagai acara pesta sekitar natal; sementara itu inti natal : pulihnya relasi manusia dengan Allah dan sesama manusia malah cenderung terlupakan. Tak heran, natal lalu berhenti menjadi sebuah tradisi beku yang tidak mengubah perilaku kekristenan. Padahal Di dalam Yesus karya pemulihan Allah menjadi nyata.

Karya pemulihan itu memiliki dua dimensi penting, yakni dimensi illahi yang menyangkut pembaharuan relasi manusia dengan TUHAN serta dimensi manusiawi yang menyangkut relasi manusia dengan sesamanya (baik sesama warga gereja, maupun lainnya). Dengan demikian, unsur penting dalam merayakan Natal yang hakiki dalam rangka menghayati pulihnya relasi manusia dengan Allah adalah terletak pada “hati yang buka pada karya pemulihan Allah”. Dalam kesaksian Injil Lukas 2: 1 – 14, kita bisa menemukan beberapa tokoh yang penting, seperti: Yusuf dan Maria serta Gembala-gembala, sebagai saksi kelahiran Yesus sementara itu Kaisar AGUSTUS adalah sebagai tokoh luar.

Munculnya tokoh Kaisar Agustus berfungsi untuk menegaskan bahwa Yesus bukan sekedar ada dalam perspektif local (Yahudi) melainkan dalam perspektif internasional karena ditempatkan dalam sejarah dunia dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus. Kaisar Agustus sebenarnya bernama Gains Yulius Caesar Octavianus. Ia memerintah dari tahun 30 sebelum Masehi, hingga tahun 14 Masehi. Dan pada tahun 27 ia mendapat gelar AGUSTUS (yang berarti: “yang mulia”). Ia dimuliakan sebagai seorang dewa, bahkan diterima sebagai “juru selamat dunia”. Namun Injil Lukas menegaskan bahwa Yesuslah yang nanti layak sebagai Juruselamat dunia, bukan Kaisar Agustus yang sedang melakukan sensus penduduk yang salah satunya adalah untuk kepentingan penarikan pajak.

Tokoh sentral Yusuf dan Maria bisa menjadi teladan utama kita. Mereka pergi juga ke Betlehem (sekarang Beth Lahm) sebagai tanda ketaatan. Mereka pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem. Yaitu sebuah kota kecil yang terkenal karena itu adalah kota kelahiran Raja Daud (I Sam.16:1). Dengan menempuh perjalanan sekitar 170 Km, dengan berjalan kaki. Untuk itu biasanya mereka harus melakukan perjalanan paling cepat selama 5 hari; dengan kondisi jalan waktu itu, yang masih rusak, berdebu, dengan cuaca panas terik, kekurangan air, tak ada tempat yang memadai untuk beristirahat tentu ini adalah sebuah perjalanan panjang yang sangat melelahkan, terutama bagi Maria yang sedang hamil. Begitulah, begitu mereka tiba di Betlehem tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Jemaat Tuhan Ytk.
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Malaikat itu segera memberitakan INJIL (khabar sukacita) untuk seluruh bangsa!. Jelas bukan bahwa kedatangan Yesus memang bukan untuk oranhg Yahudi saja, melainkan untuk seluruh bangsa di dunia ini. INJIL itu berbunyi begini: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud (di Betlehem, atau Beth Lahm). Agar lebih jelas lagi malaikat itu memberikan tanda lahiriah, yaitu: “Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."

Dan tanda lainnya adalah tentang nama Bayi yang baru lahir itu (ayat 11) yang disebut:
(1). JURUSELAMAT. Dalam bahasa Yunani dipakai istilah Soter yang berarti Penyelamat, Pelepas, Penolong. Yang hendak menyelamatkan dunia dan manusia. Adalah menarik karena kata ini aslinya dipakai oleh para Kaisar sebagai gelar karena dianggap sebagai “juru selamat”. Namun Yesuslah soter yang sejati itu.
(2). KRISTUS. Dalam bahasa Yunani memakai istilah Christos. Dibentuk dari kata chrio, sebagai terjemahan dari kata Ibrani Mesias atau Al Maseh yang berarti yang diurapi. Artinya menjadi jelas bahwa Yesus adalah Mesias yang sejati.
(3). TUHAN. Dalam bahasa Yunani memakai istilah Kyrios yang dapat diterjemahkan sebagai Tuhan, Tuan, Gusti. Gelar ini memang dipakai secara umum, baik oleh orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. Makna yang dimaksudkan menunjuk pada kemesiasan Yesus yang berlaku tak hanya bagi bangsa Yahudi, tetapi bagi bangsa-bangsa lain juga, untuk mengakui kekuasan dan kewibawaanNya.

Saudara, sedang tokoh penting lainnya adalah gembala-gembala. Istilah gembalap-gembala pada masa itu memiliki makna yang negative. Mereka adalah orang-orang yang tidak berpendidikan, kasar, dan sering tidak mengindahkan macam-macam peraturan dalam masyarakat. Tak heran bahwamenurut tradisi, para Rabi Yahudi memangdang rendah gembala-gembala, karena mereka biasanya memang tidak mempedulikan agama, sering tidak jujur, dan oleh sebab itu sesuai dengan peraturan Yahudi bahwa gembala tidak diijinkan menjadi saksi di depan pengadilan. Rupanya Lukas menegaskan bahwa memang Kristus datang untuk memanggil dan menyelamatkan yang hilang (bdk. Luk. 19:10). Seperti Kristus telah lahir di sebuah kandang yang hina, begitu juga Injil justru pertama-tama didengar oleh para gembala yang hina dan papa. Dan mereka yang secara tradisi tidak diijinkan menjadi saksi, justru dipilih Tuhan sebagai saksi pertama akan kelahiran Sang Mesias.

Jemaat Tuhan Ytk.
Perikop yang kita bahas ini diakhiri dengan sebuah nyanyian (kidung) yang dinyanyikan oleh paduan suara malaikat. Nyanyian ini mengandung dua hal penting, yaitu: (a).kemuliaan bagi Allah yang di sorga dan (b).kesejahteraan/keselamatan bagi umat manusia di bumi. Jadi berita natal ini memberi ketegasan penting bahwa sudah ada pemulihan relasi (syaloom = damai sejahtera) secara nyata antara Allah dan Manusia, antara sorga dan bumi; sehingga manusia dipulihkan kembali dalam relasi yang baik dengan Allah serta dengan sesama manusia, dengan satu syarat: Bahwa manusia hendaknya mau membuka diri untuk menerima pemulihan relasi tersebut.

Jemaat Tuhan Ytk.
Karya pemulihan Allah itu kini secara nyata tampak padan pembaharuan manusia oleh Tuhan Yesus Kristus secara dinamis. Maka dalam kebaktian Malam Natal, kesadaan untuk membuka diri dipulihkan, diproses dalam pembaharuan Kristus menjadi semakin penting. Itulah sebabnya, setelah kita menyoroti di bawah terang kesaksian Lukas 2: 1 – 14, marilah kita juga memperhatikan kesaksian dalam Mazmur 96: 2 “Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari”.

Jadi, saudara, dalam refleksi malam natal kali ini kita tahu sekarang bahwa karya pemulihaan Allah yang telah nyata itu tidak hanya dimengerti dan dipahami sebagai “pengalaman pribadi semata” melainkan juga bisa sungguh- sungguh mempengaruhi seluruh hidup dan kehidupan kita dari hari ke hari, sehingga menjadi sumber kesaksian kita pada sesama. AMIN

MITRA KASIH

MITRA KASIH
”menjadi sahabat bagi sesama, berlandaskan kasih agape”


Berawal dari bencana
Pada masa advent 2000, perbukitan Menoreh dilanda bencana alam tanah longsor, ratusan rumah roboh dan rusak, juga jiwa manusia menjadi korban keganasan alam. Tercatat lebih dari 79 orang meninggal dunia. Daerah yang paling parah adalah wilayah Kemanukan, Pacekelan, dan Hulosobo. Akibatnya, daerah-daerah minus yang masyarakatnya terjangkit endemic malaria itu menjadi semakin sengsara hidupnya. Korban yang perlu ditolong kebanyakan adalah wanita dan anak-anak.
Melihat kenyataan ini, Kelompok Kerja Diakonia GKJ Purworejo tak bisa tinggal diam. Minggu dinihari bencana datang, maka Senin pagi sudah berada di lapangan untuk memberikan bantuan sesuai kemampuan: menyusuri dan mencari korban, memberikan bahan makanan, dan membantu di bidang kesehatan. Namun kemampuan diri sangat terbatas. Maka kami memutuskan untuk melayani secara lebih luas lagi. Caranya: (1).meningkatkan Kelompok Kerja, menjadi berbentuk semacam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu: Yayasan Diakonia Masyarakat (YDM) ”Mitra Kasih” GKJ Purworejo. (2).mendorong warga gereja untuk lebih aktif ambil bagian dalam pelayanan masyarakat umum melalui YDM ”Mitra Kasih”. Keterlibatan warga gereja itu meliputi: kesediaan menjadi relawan, dan dukungan materi ataupun uang. (3).mencari rekan pelayanan yang bisa diajak ambil bagian dalam pelayanan YDM Mitra Kasih.
Pembentukan pokja Diakonia menjadi YDM Mitra Kasih berjalan dengan lancar. Demikian juga antuasias warga untuk ambil bagian dalam pelayanan sebagai relawan juga sangat menggembirakan, tercatat pada waktu itu ada 14 relawan tetap, dan lebih dari 25 orang relawan tidak tetap untuk mendukung pelayanan. Namun, untuk mencari rekan pelayanan (lembaga donor) ternyata sangat sulit. Alasannya klise, karena YDM Mitra Kasih belum memiliki pengalaman sebagai LSM. Sungguh pun demikian, tekad dan semangat sudah terlanjur menyala-nyala, maka pelayanan tetap jalan meski kemampuan sangat terbatas. Untuk peningkatan pelayanan, maka dibuka Pos Persekutuan Doa ”Jum’at Pagi”, Sarasehan ”Selasa Kliwonan”, Penjemaatan persembahan Perpuluhan, dan peningkatan pelakksanaan disiplin rohani Kristen, yakni: Doa – Puasa bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus.


Berkenalan dengan CWS Indonesia
Di tengah tuntutan karya pelayanan yang semakin berat, sementara kemampuan diri amat terbatas, ternyata TUHAN berkenan mengirimkan pertolongan pada saat yang tepat. Pimpinan YDM Mitra Kasih ,Pdt. Lukas Eko Sukoco, M.Th. berkenalan dengan relawan CWS (Church World Service) cabang Indonesia, yang berkedudukan pusatnya di New York Amerika Serikat. Selanjutnya, CWS tertarik untuk bekerjasama dalam pelayanan bagi masyarakat umum. Dari kerjasama ini lahirlah berbagai program pelayanan sbb:
Mobile Clinic (Klinik Keliling), yaitu pelayanan kesehatan (klinic) ke desa-desa terpencil, untuk umum, khususnya untuk Anak-anak Balita, Perempuan dan Ibu hamil; karena kelompok ini yang rentan terhadap penyakit di wilayah Kec. Kaligesing, dan Purworejo pinggiran, Kabupaten Purworejo. Selama hampir 2 bulan telah melayani 959 pasien.
Pelayanan Kesehatan di Desa-desa terpencil
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Balita kurang Gizi di wilayah kecamatan Purworejo, Kaligesing dan Bagelen. Selama 6 bulan telah terlayani 353 Balita dan ibu menyusui, yaitu: 2X seminggu. Ditambah dengan berbagai penyuluhan pola hidup sehat bagi orang desa.
Belajar Bersama Praktek Membuat PUPUK ORGANIK
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Periode II, untuk Balita kurang Gizi di wilayah kecamatan Purworejo, Kaligesing dan Bagelen. Selama 6 bulan telah terlayani 391 Balita dan ibu menyusui, yaitu: 2X seminggu. Juga ditambah dengan berbagai penyuluhan pola hidup sehat bagi orang desa.

Selanjutnya, kerjasama dengan CWS terus berkembang sejalan dengan kebutuhan pelayanan di pedesaan, maka pada program berikutnya ada program pelayanan yang ditingkatkan menjadi program::
4. Peningkatan Pendapatan Keluarga (PPK) dengan usaha di bidang Pertanian
(empon-empon: Jahe merah, Kunir Putih, Temulawak, Lidah Buaya), juga di bidang Peternakan (ternak kambing Etawa), serta di bidang Industri Rumah Tangga (pembuatan Besek, Emping Mlinjo dan Gula Jawa, serta pembuatan pupuk organik). Kami menjangkau 189 KK, untuk masyarakat kurang mampu di Kec. Kaligesing dan Bagelen, Purworejo.

Hingga kini program pelayanan dengan CWS telah berlangsung sejak 2001, semua dilakukan sebagai wujud kesaksian pelayanan kepada masyarakat umum guna menyatakan kasih agape, yaitu kasih yang tulus penuh perngorbanan seperti Yesus.


Memperluas Pelayanan bersama Yayasan Eerlijk Delen, Belanda
Pelayanan kepada masyarakat umum terus terjadi, memang adakalanya muncul kelompok-kelompok radikal ”anti Kristen”. Mereka menganggap YDM ”Mitra Kasih” adalah kelompok orang-orang kafir yang dicurigai akan melakukan program kristenisasi. Kami tidak memberikan reaksi berlebihan, namun hati kami sedih. Sungguhpun demikian semua ini malah menambah semangat pelayan kami untuk terus jalan. Kami mengembangkan pelayanan bagi anak-anak sekolah dari keluarga miskin.

Kerinduan Mitra Kasih, bagaimana membantu anak-anak ini agar mampu sekolah. Ada yang sudah kami bantu sejak play Group dan TK. Ada yang menerima beasiswa di jenjang SD; bahkan tahun ini (2006) ada sekitar 23 siswa yang menikmati program Sekolah Gratis. Selebihnya, karena kemampuan terbatas ada beberapa anak SMK yang kami beri beasiswa. Lalu uangnya dari mana? Dari TUHAN (YHWH), di dalam Yesus Kristus. Dan, sedikit demi sedikit program peningkatan pendapatan juga membuahkan hasil, lalu ditambah dengan persembahan khusus dari jemaat juga sering muncul, serta dukungan dana dari sahabat-sahabat Mitra Kasih di Belanda, melalui Yayasan ”Eerlijk Delen”.

Selain itu YDM Mitra kasih juga membuka Sanggar Kegiatan Belajar, khususnya untuk mendampingi siswa-siswi SD agar memiliki ketrampilan: (1).berbahasa Inggris – dengan program Kursus Bahasa Inggris (2).sempoa – dengan program kursus Sempoa, (3).komputer – dengan program kursus computer.

Di bidang kemasyarakatan lainnya, YDM Mitra Kasih juga bergerak terutama di tengah suasana Bencana Alam (Gunung Merapi di DIY dan sekitarnya, Gempa Bumi Tektonis di DIY, Gunung Kidul/Womosari dan Klaten, serta Tsunami di Kebumen dan Cilacap).

Pelayanan Beasiswa bagi anak-anak dari Keluarga miskin, dari Play Group, TK, SD, SMP, hingga SMK
Tetap Di Bawah Koordinasi Gereja
Kini, LSM atau Yayasan Diakonia Mitra Kasih telah hampir berumur 6 tahun, ibaratnya ia masih Balita, namun karya pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada Mitra Kasih sungguh luar biasa. Bukankah semua karena kasih setia Tuhan semata. Berdasarkan pada pengalaman inilah maka sekalipun sudah berbadan hokum sendiri, YDM Mitra Kasih secara sub ordinatif masih berada di bawah Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purworejo. Kalau dulu ia berperan sebagai Pokja Diakonia, maka sekarang tumbuh berkembang menjadi Lembaga Pelayanan Diakonia Maysrakat. Kini, setiap Minggu jam 09.00 – 11.00 wib., di sebelah gereja dibuka KLINIK diakonia “Mitra Kasih” untuk masyarakat umum.
Berbeda dengan Gereja pada umumnya, GKJ Purworejo, yang akan berulang tahun ke 109 (4 Februari 1900 – 2009) yad., sangat serius mengembangkan bidang kesaksian dan pelayanan bagi masyarakat di sekitarnya. Itulah sebabnya, di bawah koordinasi gereja, maka ada berbagai model pelayanan masyarakat, seperti:
LSM ”Mitra Kasih” dan LSM ”YAKUBB”
YPK ”Widhodho”
Rumah Sakit Kr. ”Panti Waluyo”
Pusat Pelayanan Penyembuhan Holistic (Healing Holistic Center).
Paguyuban Seni Karawitan dan Campur Sari “Widodo Laras”
Paduan Suara Anak “Sangkakala”
Paduan Suara “Anugerah”
Grup Kolintang “Nafiri”
Grup Keroncong Asli “Gita Sukma”
Serta Estoe Band, & Narwastu Band.
Radio Komunitas MITRA FM
Dan KLINIK HOLISTIK MITRA HUSADA.


Menebar Kasih Agape
Pekerjaan pelayanan baru dimulai, sementara ladang pelayanan begitu luas terbentang, namun semangat untuk menebar Kasih AGAPE menjadi kekuatan batin yang penting. Pengharapan, Keyakinan dan Ketekunan yang dilandasi dengan spiritualitas pelayanan Kristus menjadi dasar pelayanan YDM Mitra Kasih. Kini, meski dengan tertatih-tatih kaena beban pelayanan yang sangat berat, tetap menjaga tekad dan semangat pelayanan bagi Tuhan.
Dukung Doa, Semoga semangat untuk menebar kasih AGAPE tak pernah pupus meski rintangan terus menghadang.

NATAL KREATIF - KONTEKSTUAL

Merayakan Natal Itu Berbahaya ?

Judul ini : “Merayakan Natal Itu Berbahaya” pernah membuat geger umat Kristiani di akhir tahun 1981. Ulah Siapa ini?. Siapa lagi kalau bukan “ulah” Pdt. Dr. Andar Ismail (seorang Pendeta GKI Samanhudi Jakarta yang bekerja sebagai dosen di STT Jakarta). Pak Andar , begitu panggilan akrabnya, lerwat buku “SELAMAT NATAL”[1] membuat uraian kritis dan sangat menarik tentang Natal yang bisa menjadi berbahaya, jika tidak disertai dengan penghayatan dan pemahaman yang benar. Berikut ini adalah bahaya-bahaya sekitar Natal yang dimuat dalam buku tsb. yaitu:

Komersialisasi Natal
Natal secara sadar atau tidak, lalu menjadi identik dengan rupa-rupa bisnis dan sejumlah komuditas / barang dagangan, seperti: Sinterklas, Pohon Terang, Aneka Hiasan Natal, Lampu Natal, Kartu Natal, Parcel Natal, Konser Natal, Tour Natal, dan aneka acara Pesta Natal. Seandainya Tuhan Yesus hadir dalam acara perayaan Natal kita sekarang, maka Ia pasti terheran-heran sambil berpikir, “Apa hubungannya barang-barang ini dengan Kelahiran-Ku?”.

Gemerlapan dan Kemewahan Natal
Natal biasanya membutuhkan aneka persiapan yang berlebihan, dari sekedar rapat-rapat, hingga persiapan pentas drama, koor, maupun acara lainnya; lengkap dengan pesta, kemewahan dan gemerlapan. Akibatnya kita cenderung kehilangan makna keheningan dan kesederhanaan Natal.

Emosi Merohanikan Natal
Perayaan Natal yang cenderung dibesar-besarkan seperti sekarang ini juga membuat godaan untuk jatuh pada emosi merohanikan natal dengan berkata bahwa kita perlu “membuka hati menjadi palungan”, supaya “Yesus lahir di hati kita”. Kata-kata itu memang terdengar bagus, tetapi apa maknanya?. Bukankah sebagai umat Kristen, kita tidak diminta menjadi “palungan” tetapi diminta untuk datang kepadaNya dengan pembaruan dan pertobatan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari?

Kemunafikan Natal
Sering terjadi Natal menjadi kedok kebaikan. Orang tiba-tiba menjadi rajin ke gereja, ramah, baik hati dan pemurah. Namun, begitu perayaan Natal berlalu maka kita kembali memakai pola hidup egois, beringas dan jauh dari gaya hidup Kristen yang sesungguhnya dikehendaki Kristus.

Eksklusivisme Natal
Natal pada hakikatnya adalah tindakan solidaritas illahi kepada umat manusia dalam karya Yesus. Namun, yang sering terjadi , acara natal menjadi acara “Dari Kita Untuk Kita”, untuk mencari kepuasan rohani kita sendiri. Bahkan tak jarang terjadi acara natal dikemas dalam sebuah acara yang sangat ekklusif, sehingga untuk masuk ke ruangan itu pun perlu membawa undangan khusus. Sekali lagi, bukankah ini bertentangan dengan hakikat natal ?

Dengan menguraikan bahaya merayakan natal tsb., kita diajak bukan untuk membuang perayaan natal; melainkan justru kita diajak untuk merayakan Natal secara hati-hati dan bertanggung jawab. Itulah sebabnya dalam tulisan ini kita juga diajak untuk bagaimana merayakan Natal secara Kreatif.


Kembali ke “Inti Natal”

Peringatan Hari Ulang Tahun (kelahiran) sebenarnya tidak biasa dilakukan dalam kehidupan orang percaya. Alkitab mencatat ada dua kesaksian tentang perayaan Ulang Kelahiran, yaitu: (1).Ulang Tahun Firaun , pada jaman Yusuf (Kej. 40:20) dan (2).Ulang Tahun Herodes Antipas (Mat.14:6; Mark. 6:21).

Dalam kurun waktu yang lama, perayaan Ulang tahun memang menjadi kebiasaan orang-orang kafir pada jaman dulu. Umat Kristen, pada mulanya juga tidak merayakan “Kelahiran Yesus” melainkan “Kebangkitan Yesus”. Perayaan utama gereja adalah PASKAH (Kebangkitan Kristus) untuk menjadi kesaksian di seluruh dunia bahwa Yesus adalah Juru Selamat manusia. Maka jangan heran bahwa hanya Matius dan Lukas yang secara khusus menceritakan kisah Kelahiran Yesus.

Menurut catatan sejarah, perayaan Natal justru baru dilakukan oleh Gereja-gereja Kristen di Roma pada akhir abad IV, ditentukan tanggalnya adalah 25 Desember. Hal itu terjadi, karena sejak Kristen menjadi agama Negara mulai pada jaman Kaisar Konstantinus Agung, maka hari raya “Pemujaan Untuk Dewa Matahari” tidak boleh dilakukan, dan sebagai gantinya, diperkenalkan adanya Perayaan Natal pada tanggal 25 Desember. Perayaan itu makin lama makin berkembang ke seluruh dunia hingga saat ini, sebagai hari untuk secara khusus menghayati kelahiran Sang Juru Selamat umat manusia.

Berikut ini adalah hal-hal penting yang perlu kita cermati, sebagai makna penting dari perayaan Natal, yaitu:

a. Natal menjadi bermakna karena dipahami dalam perspektif Paskah
Natal atau perayaan kelahiran adalah hal yang biasa terjadi. Bukankah semua manusia di dunia ini melalui proses kelahiran? Entah ia orang kaya, atau miskin. Entah ia orang biasa, Raja ataupun seorang nabi. Tetapi, dalam Natal Kristus menjadi luar biasa karena disoroti dalam perspektif Paskah; yaitu, Kelahiran Sang Penyelamat dunia. Itulah sebabnya, orang Kristen diajak untuk tak hanya merayakan Natal, tetapi secara khusus perlu merayaan Paskah sebagai puncak karya penyelamatan Kristus.

b. Natal berarti Solidaritas Allah
Umat manusia penuh dengan cacat cela dan dosa, tetapi TUHAN (YHWH) dalam diri Yesus tetap mengasihi sehingga tindakan penyelamatan dilakukan dengan cara yang khas. Ia menjadi manusia biasa, dan lahir di tempat yang sangat sederhana dan dengan cara yang biasa pula. Tak hanya itu, berita natal pun mula-mula disampaikan kepada kaum gembala sebagai wujud pengutamakan kaum kecil yang sering terpinggirlkan. Itulah tindakan solidaritas Allah terhadap manusia menjadi ciri utama Natal; hal ini hendaknya juga menjadi teladan kita dalam merayakan natal.

c. Natal berarti Cinta Kasih dinyatakan
Jika kita cermati, dalam peristiwa Natal, maka “cinta kasih” sangat dinampakkan. Ada cinta kasih TUHAN secara universal kepada segenap umat manusia. Ada cinta kasih Yusuf-Maria, ada cinta kasih Yusuf-Maria kepada Allah, juga cinta kasih kaum gembala yang sederhana. Itulah sebabnya, cinta kasih hendaknya juga menjadi ciri utama yang mesti dinampakkan dalam penghayatan Natal kita kepada sesama manusia, terutama terhadap orang-orang yang menderita dan tersingkir.

d. Natal berarti kesederhanaan
Jika kita bersedia membayangkan suasana natal dalam kesaksian Alkitab, maka kita tak kan pernah menemukan natal yang penuh hura-hura, pesta-pora, dengan segala pemborosan bahkan komersialisasi natal. Yang akan kita temukan adalah: kesederhanaan yang dibarengi dengan ketulusan, kejujuran. Lihat saja bagaimana situasi dan kondisi Yusuf dan Maria waktu itu?. Bagaimana kondisi bayi Yesus yang ternyata Cuma ditempatkan dengan kain lampin di palungan?. Mestinya kesederhanaan natal menjadi bagian penting yang kita angkat, apalagi di saat bangsa kita penuh dengan rupa-rupa krisis dan aneka macam bencana.

e. Natal berarti pembaruan spiritualitas hidup
Relasi pribadi dengan Tuhan Allah akan membuahkan kwalitas hidup yang baik, yang tampak dalam perilaku hidup sehari-hari selaku orang beriman. Itulah Spiritualitas. Dalam peristiwa natal kita bisa mencermati kwalitas hidup Yusuf dan Maria sehingga keduanya dipilih Allah untuk menjadi sarana kelahiran-Nya. Tak hanya itu, kita bisa menemukan bagaimana proses kepekaan terhadap “kelahiran mesias” yang dilihat oleh orang-orang Majus dari Timur. Bukankah ini merupakan contoh terhadap tingkatan hidup manusia yang peka terhadap tanda-tanda jaman, peka terhadap Tuhan dan memiliki relasi pribadi dengan Dia?. Alangkah indahnya jika semangat natal juga disertai dengan pembaruan spiritualitas hidup yang benar.



Berbagai Kemungkinan “Natal Kreatif”

Sekarang kita sampai pada point penting tentang : Berbagai Kemungkinan “Natal Kreatif”. Yang dimaksud dengan “Natal Kreatif” bukan natal yang aneh-aneh, seperti: mengganti Pohon Cemara dengan Pohon Pisang atau Bambu. Bukan!. Natal Kreatif juga bukan sekedar mengganti lilin dengan oncor, lalu merubah palungan dan kandang domba menjadi gubug (=dangau – rumah kecil di tengah sawah)…. Ataupun menampilkan drama natal ala Jawa atau Indonesia sehingga Maria memakai kain kebaya , lalu Yusuf pakai beskap dan blangkon…. , menuntun Onta…. Wah , malah aneh. Bukan. Bukan itu yang dimasud Natal Kreatif.

Natal Kreatif yang dimaksud di sini adalah sebuah ajakan agar kita kembali terhadap dua hal berikut ini:
Menyadari “bahaya natal” sehingga kita tidak jatuh di dalamnya.
Menyadari “inti natal” sehingga kita bisa melakukan perayaan natal yang dilandasi oleh inti natal tsb.


Berikut ini sekedar contoh tentang merayakan natal kreatif, namun contoh ini tidak berlaku untuk semua gereja. Kita harus menemukan sendiri model natal yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kita masing-masing, yang tetap dilandasi dengan kebenartan “inti natal”.

Contoh Natal Kreatif itu misalnya:

- Natal dengan Penanaman Pohon untuk ambil bagian mengatasi GLOBAL WARMING
- Natal dengan kebersihan lingkungan (pengelolaan sampah, pembersohan saluran air dll)
- Kunjungan Sosial dalam rangka natal bisa dilakukan ke komunitas-komunitas terpinggir, seperti: Penjara, Panti Asuhan, Panti Werdha, bahkan ke tempat penampungan anak-anak cacat, juga penampungan korban para bencana alam. Wujud dan acaranya perlu dibicarakan bersama mereka.
· Kunjungan Kasih ke desa atau gereja-gereja di daerah pinggiran, bahkan gereja-gereja yang di daerah terpencil lalu mengadakan natal bersama mereka. Wujud dan acaranya juga perlu dibicarakan bersama mereka.
· Kunjungan Natal ke warga gereja/masyarakat sekitar yang membutuhkan: yang sakit, yang sudah tua, dan yang mundur ; sehingga memiliki sentuhan kasih natal dan tergerak untuk merasakan kasih Kristus.
· Kunjungan Natal ke Rumah Sakit, terutama kepada pasien-pasien yang terlantar karena jauh dari keluarga, kondisi ekonomi pas-pasan, atau yanbg tengah mengalami “sakit terminal” (sakit yang kemungkinan besar tak bisa disembuhkan).
· Aksi Sosial bersama masyarakat di sekitar gereja, disesuaikan dengan kebutuhan mereka dan kemampuan kita, seperti: memberi Makan bagi Tukang Becak, Pengobatan Gratis, Kerja Bhakti bersama masyarakat, Sunatan/Khitan Masal dll.
· Kebaktian Natal sederhana di gereja ; baik pada saat menghayati Malam Natal (24 Desember) maupun Kebaktian Natal (25 Desember) dengan menghindari segala bentuk kemewahan yang berlebihan. Buatlah Liturgi, dekorasi dan acara yang sederhana namun bermakna.
· Refleksi Natal sederhana bisa dilakukan di kelompok, persekutuan doa, maupun keluarga-keluarga Kristen; tetapi tetap mengutamakan “inti natal” termasuk untuk membangun spiritualitas pribadi dengan TUHAN.

Demikian beberapa catatan tentang Kemungkinan “Natal Kreatif” yang kami sampaikan semoga bermanfaat untuk membuka wawasan kita dalam merayakan natal yang sesuai dengan “inti natal”. Tugas kita sekarang adalah merancang dan menemukan sendiri “Natal Kreatif” kita sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita masing-masing. Selamat mempersiapkannya. Tuhan memberkati
Pwr, 06 . (LES).
[1] Ismaei, Andar,Dr., Selamat Natal: 33 Renungan Tentang Natal (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981)

Senin, 08 Desember 2008

BERTOBAT ? SIAPA TAKUT?

Jangan Menunda Pertobatan
Bacaan Yoel 2: 12 – 27
"Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."

Seorang pendeta muda tersontak kaget saat membaca SMS yang berbunyi demikian: “Bapak tidak usah berkunjung lagi ke rumah saya, apalagi mau mentobatkan saya. Tidak perlu. Sebab aktif di gereja justru akan menghambat karir saya. Boss saya tidak suka hal itu. Mungkin, kalau suatu saat nanti saya sudah pensiun, saya baru akan kembali aktif di Gereja”. Pendeta itu tidak berputus asa, ia selalu menelpon dan mengingatkan dengan berbagai cara agar jangan menunda pertobatannya. Sayang sekali usaha ini tidak membuahkan hasil. Tiga bulan kemudian, pada suatu sore, si pendeta tadi menerima telepon yang mengejutkan karena ternyata bapak tadi mengalami kecelakaan dan meninggal dunia seketika. Dia telah meninggal sebelum ia sempat menata hidupnya dalam pertobatan.
Yoel 2: 12 – 27 memberikan penegasan tentang perlunya pertobatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan harus dilakukan dengan segera; jangan ditunda-tunda! . "Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh." (ay.12). Pertobatan memang tidak boleh ditunda-tunda lagi. Syukurlah bangsa Yehuda menanggapi dengan kesungguhan, sehingga kembali menerima berkat Tuhan.
Sekarang kita tahu, bahwa pertobatan adalah suatu kesempatan yang indah, yang perlu kita lakukan dengan segera dan jangan ditunda-tunda lagi. Ingat mumpung pintu tobat itu kini masih terbuka: maka marilah kita hidup dalam pertobatan di dalam dan bersama Tuhan.(LES)
JANGAN TUNDA LAGI, HIDUPLAH DALAM PERTOBATAN

PERTOBATAN

Pertobatandi tengah bencana
Bacaan Yoel 1: 1 – 14
Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN (Yoel 1:14)

Ketika mengalami gempa bumi yang hebat th.2006; rekan saya dari Gunung kidul menceritakan sesuatu yang menarik, bahwa justru di tengah bencana alam dan pergumulan yang berat ternyata membuat orang-orang semakin dekat kepada Tuhan. Mereka tetap beribadah di tenda-tenda darurat. Mereka bisa satu hati bekerjasama memperbaiki rumah yang rusak. Ternyata, bencana bisa membawa mereka semakin dekat dengan Tuhan.
Kitab Yoel 1:1 – 14 menggambarkan kehancuran Yehuda ketika belalang melahap daun-daunan dari kebun anggur, dan ladang mereka. Kitab ini mencatat banyak malapetaka sebagai hukuman Allah atas kemerosotan rohani dan moral. Kemudian nabi Yoel meminta para pemimpin rohani Yehuda untuk memimpin kepada pertobatan, dengan doa - puasa. Akhirnya, terjadilah pertobatan itu. Pertobatan Yehuda dan kemurahan Allah menjadi alasan bagi nubuat Yoel tentang janji-janji; pemulihan, pencurahan Roh Kudus atas seluruh manusia, serta hukuman dan keselamatan Allah di akhir jaman (Yoel 2:19-17, 28-31, 3:1-21).
Hari ini kita belajar tentang bagaimana agar kita tetap setia, dan tetap hidup dalam pertobatan, sekalipun kita ada di tengah berbagai macam bencana, kesulitan dan pergumulan yang berat. Ingatlah bahwa Tuhan senantiasa mengasihi kita. (LES)
BERTOBATLAH SENANTIASA, JANGAN TUNGGU BENCANA!