Jumat, 05 Desember 2008

Lectionary

Beberapa Catatan Penting Sekitar:
Leksionari, Kalender Gerejawi
Oleh: Pdt. Lukas Eko Sukoco, MTh.

01. PENGANTAR
P
erlu dipahami bersama bahwa mulai advent 2008 ini, Sinode GKJ melalui bahan KHOTBAH JANG-KEP l mulai menggunakan Leksionari.
Kemudian 17 – 18 Februari 2009 (dalam rangka HUT Sinode GKJ) akan diselenggarakan Seminar Musik Liturgi, dan Simbol-simbol Gerejawi se Sinode GKJ (di Pondok Remaja SALIB PUTIH Salatiga) yang melibatkan para pendeta, penatua/diaken dengan narasumber para teolog yang mumpuni untuk meningkatkan pemahaman kita.

Hal itu lalu ditindaklanjuti melalui Tim Kerja yang hasilnya akan dilaporkan pada Sidang Sinode mendatang (Nov.2009). Dengan demikian, apa yang kita lakukan kali ini merupakan dasar, sekaligus untuk “pemanasan” menjelang Seminar dan Lokakarya Sinode tab. Semoga hal-hal tersebut sungguh-sungguh bisa ber-manfaat untuk kemuliaan nama Tuhan.


02. LEKSIONARI
L

eksionari (lectionary) adalah: “suatu buku atau jadwal yang berisi suatu kumpulan pembacaan Alkitab yang digunakan oleh umat percaya atau ibadah umat menurut perayaan tahun ibadah”.
Pembacaan Alkitab yang disusun dalam leksionari tsb dibuat secara oikumenis yang dipergunakan oleh sebagian besar Gereja-gereja sedunia, menurut tahun gerejawi dan dipergunakan secara am dalam kehidupan berjemaat. Pola susunan pembacaan Leksionari pada umumnya terdiri dari 4 bacaan Alkitab. Keempat bacaan Alkitab yang tersusun secara leksionari terdiri dari
· Bacaan I : Perjanjian Lama
· Antar Bacaan : Mazmur
· Bacaan II : Surat-surat Rasuli +
Kisah Para Rasul
· Bacaan III : Injil
Dengan pola susunan pembacaan Alkitab secara Leksionari seperti tersebut di atas, maka pembacaan Alkitab secara Leksionari tidak boleh dibolak-balik, misalnya: Bacaan I adalah Injil, Bacaan II adalah Perjanjian Lama, dan bacaan III adalah surat-surat rasuli. Dengan demikian pola pembacaan Alkitab secara Leksionari pada prinsipnya telah memiliki struktur yang tetap, yaitu Bacaan I senantiasa diambil dari Alkitab Perjanjian Lama (kecuali kitab Mazmur); Bacaan II senantiasa diambil dari surat-surat rasul Paulus, surat Ibrani, surat Yakobus, surat I dan II Petrus, surat I, II dan III Yohanes, surat Yudas dan kitab Wahyu. Setelah itu Bacaan III diambil dari kitab Injil, yaitu Injil Matius, Markus dan Lukas; sedangkan Injil Yohanes umumnya dilakukan pada waktu Paska, dan juga digunakan dalam beberapa masa khusus seperti masa Adven, Natal dan masa Pra-Paskah atau Injil Yohanes ditempatkan di antara tahun A, tahun B & tahun C.

Penyusunan daftar pembacaan Alkitab Leksionari senantiasa memperhatikan dengan seksama masa tahun gerejawi seperti masa Adven, masa Natal, masa Ephifani, masa Pra-Paskah, masa Paskah, masa Kenaikan Tuhan, masa Pentakosta, dan minggu-minggu biasa. Karena prinsip pembacaan Alkitab secara Leksionari memperhatikan tahun gerejawi, maka gereja-gereja Tuhan dapat dengan tepat memberitakan firman dalam suatu liturgi yang sesuai dengan tahun gerejawi tersebut. Selain itu jika kita menggunakan pembacaan Alkitab secara Leksionari, maka tidak mungkin terdapat kesalahan pemilihan bacaan Alkitab yang tidak sesuai dengan tahun gerejawi yang sedang berlangsung. Keuntungan lainnya, bahwa seluruh pembacaan Alkitab secara Leksionari mendukung pelaksanaan liturgi secara menyeluruh, khususnya pemberitaan firman, sehingga umat dapat lebih fokus dan menghayati makna dari tahun gerejawi.

Kelemahannya, bahwa melakukan suatu pembacaan rutin adalah tidak mudah. Apalagi jika ternyata secara kontekstual kebutuhan sesuai dengan pergumulan local berbeda. Menyikapi kasuh-kasus seperti ini mestinya dicari solusi yang tepat.

Gereja-gereja Kristen Jawa se Sinode, hingga saat ini secara resmi kita belum menggunakan Leksionari (Lectionary); sungguh pun demikian, sudah ada beberapa GKJ yang telah menggunakannya dalam Liturgi Ibadah mereka. Sementara itu, Bapelsin Bidang PWG bekerjasama dengan LPP Sinode secara parsial juga telah mencoba untuk menggunakan sebagian lectionary dalam “kalender Gerejawi” GKJ. Memang ada beberapa model Lectionary yang kita kenal, seperti: The Roman Catolic Lectionary, Anglican Church Lectionary, Episcopal Church Lexionary, Armenian Lectionary, The Greek Ortodox Lectionary, Revised Common Lectionary, dll. Namun perlu juga diketahui bahwa kebanyakan Gereja Protestan (termasuk GKI) menggunakan Revised Common Lectionary.

Berdasarkan masukan Gereja-gereja tentang perlunya memakai lectionary dengan mengingat berbagai keuntungan seperti telah diuraikan sebelumnya, serta perlunya secara konkrit semakin menampakkan kebersamaan Gereja-gereja sedunia, maka Bapelsin Bidang PWG memiliki kerinduan yang kuat untuk mempelajari, mensosialisasikan serta memberlakukan Lectionary dalam Liturgi Gereja-gereja Kristen Jawa se-Sinode.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka mulai Advent 2008 maka materi Khotbah Jangkep , juga materi Kurikulum Anak serta Kurikulum Remaja 2009 yang disusun dengan memperhitungkan Lesionari gerejawi (yang kebetulan th. 2009 adalah tahun B)


03. KALENDER GEREJAWI
K
alender Gerejawi bisa juga disebut TAHUN GEREJAWI Yaitu suatu tuntunan untuk masa – masa penghayatan Harian dan Mingguan yang dilakukan oleh Gereja, yang berpusat pada Tuhan Yesus Kristus.
Kalender Gerejawi atau Tahun Gerejawi tsb dimulai dari : MINGGU ADVENT, NATAL, EPIFANIA, RABU ABU, PRA PAS-KAH, JUMÁT AGUNG, PASKAH, KENAIKAN KRISTUS, PENTAKOSTA, MINGGU TRINITAS DAN MINGGU-MINGGU SESUDAH TRINITAS.
Ayat-ayat Suci Alkitab yang dipakai dalam masa-masa terbut disesuaikan dengan leksionari yang berlaku pada masa tertentu.
1. MINGGU ADVENT – adalah Minggu persiapan untuk menghayati kedatangan Kristus yang I (NATAL) dan kedatangan Kristus yang II (akhir jaman). Warna dasarnya adalah UNGU
2. HARI RAYA NATAL – adalah hari khusus untuk menghayati kelahiran Kristus di dunia ini (natal: lahir). Perayaan Natal tidak dikenal pada masa gereja purba. Kisah kelahiran Yesus secara khusus hanya ditulis oleh Matius dan Lukas. Trend untuk merayakan Natal baru muncul pada abad ke IV. Warna dasarnya adalah PUTIH.
3. MINGGU EPIFANIA – adalah Minggu untuk menghayati Babtisan dan Pernyataan Yesus Sebagai Sang MESIAS yang dijanjikan. Warna dasarnya adalah HIJAU
4. RABU ABU – adalah jatuh pada hari Rabu sebelum masuk masa Pra Paskah I , yaitu masa persiapan pra paskah (untuk menghayati kelemahan manusia sebagai “abu” yang ringkih/lemah sehingga membutuhkan karya penyelamatan Allah; hal ini ditandai dengan mulainya PUASA. Warna dasarnya adalah UNGU
5. MINGGU PRA PASKAH – adalah minggu-minggu persiapan Paskah yang dilakukan selama 7 minggu untuk menghayati masa paskah (dimulai dengan kesengsaraan, kematia, kebangkitan serta undangan pertobatan) dengan doa dan puasa paskah. Warna dasarnya adalah UNGU.
6. KAMIS PUTIH – adalah jatuh pada hari Kamis Sebelum Paskah. Dilakukan untuk menghayati kesengsaraan Yesus hingga menjelang penyalibannya. Pada masa ini biasanya dilakukan juga dengan Pelayanan Perjamuan Malam. Warna dasarnya adalah PUTIH
7. JUMAT AGUNG – adalah jatuh pada hari Jumát sebelum Paskah. Dilakukan untuk menghayati kesengsaraan dan kematian Yesus yang menjadi “tumbal dosa” di bukit Golgota. Warna dasarnya adalah HITAM.
8. SABTU SEPI – adalah jatuh pada Sabtu sebelum Paskah. Dilakukan untuk menghayati kematian Yesus dan pengurbanannya yang luar biasa demi keselamatan umat manusia. Keheningan menjadi ciri khas masa ini, lalu sorenya adalah berakhirnya masa Puasa Paskah. Warna dasarnya adalah HITAM.
9. MINGGU PASKAH - adalah penghayatan kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Dalam Sejarah Gereja inilah hari raya terbesar umat Kristiani Itulah sebabnya berita tentang Kebangkitan Yesus ditulis oleh semua Injil (tidak seperti Natal yang hanya dilaporkan oleh Matius dan Lukas) juga ada dalam kesaksian Surat-surat Paulus dan kesaksian lainnya. Pada masa PASKAH biasanya juga diperingati dengan Perjamuan Kudus Paskah. Warna dasarnya adalah PUTIH.
10. KENAIKAN KRISTUS KE SORGA – adalah jatuh pada hari Kamis, 10 hari sebelum perayaan Pentakosta. Yaitu menghayati “naik”nya Yesus Kristus ke sorga (mechrad) yang disaksikan oleh para murid secara nyata (bukan mimpi!). Dan Tuhan Yesus kembali ke sorga. Warna dasarnya adalah PUTIH.
11. PENTAKOSTA – adalah hari raya ke 50 setelah PASKAH. Yaitu untuk menghayati pencurahan Roh Kudus bagi umat beriman sehingga memiliki spiritualiktas baru dalam pelayanan. Pada hari raya Pentakosta (bukan Pantekosta!) biasanya diperingati juga dan dikaikan dengan Hari raya Panen / hari raya Undhuh-undhuh. Warna dasarnya adalah MERAH.
12. MINGGU TRINITAS I - adalah Satu Minggu sesudah perayaan Pentakosta, yang digunakan untuk menghayati makna ke-“tritunggal”-an Allah yang menyejarah dalam karya penyelamatan umat manusia. Warna dasarnya adalah PUTIH.
13. MINGGU TRINITAS II s.d. XXVI - adalah mulai minggu II setelah Pentakosta hingga minggu XXVI yang disebut juga minggu-minggu biasa untuk menghayati kehidupan Gereja yang berjuang dalam karya pelayanannya di dunia ini. Jadi Minggu Trinitas ini dilakukan selama 25 Minggu. Warna dasarnya adalah HIJAU.

Sekian, terima kasih.
Purworejo; 23 November 2008LES

Tidak ada komentar:

Posting Komentar